(Refleksi UAS Filsafat Ilmu)
·
Berpikir agar manusia hidup
Berpikir adalah aktivitas manusia yang tak akan
terhenti, selalu saja terjadi bahkan saat manusia enggan untuk berpikir,
ada-ada saja suatu hal yang harus untuk dipikrkan. Bahkan ketika raga sedang
berada di kampus mengikuti perkuliahan, pikiran malah melalang buana,
memikirkan sesuatu hal di luar materi perkuliahan. Setiap manusia dibekali
potensi berpikir, berpikir tentang hal simple hingga hal yang rumit. Berpikir
itupula lah yang menjadi ciri khas manusia hidup. Awal hari ketika bangun dari
tidur kita, maka pikiran kita mulai untuk memikirkan suatu hal,memikirkan apa
yang akan dilakukan setelah bangun, apa yang akan dilakukan pada hari ini, dll.
Dan ketika manusia tertidur pulas, maka disaat itulah pikiran kita terhenti,
sedangkan otak dan organ-organ vital manusia masih tetap terjaga dan bekerja.
Lalu seperti apa jika manusia tidak
bepikir?
Untuk manusia yang enggan untuk berpikir, apa tujuan
hidup mu? Namun jika kita lihat disekitar sebenarnya tidak ada manusia yang
tidak berpikir. Karena banyak hal disekitar manusia yang dapat dijadikan objek
pikir manusia.
Ketika manusia sedang berdoa kepada
Tuhan, apakah pikirannya sedang bekerja?
Berdoa adalah komunikasi manusia kepada Tuhan, yang
mana dengan doa kita bisa mengucap syukur, memohon ampun dan memohon
pertolongan dan permohonan. Namun doa yang baik, yang akan didengaroleh Tuhan
adalah doa yang diucapkan/dilakukan dengan kerendahan hati, dan ketika berdoa
pun pikiran kita hanya fokus dengan doa itu sendiri, fokus kepada Tuhan,
sehingga ketika berdoa kita meninggalkan segala pikiran duniawi kita.
Lalu apa sajakah yang dipikirkan
oleh setiap manusia?
Tentu banyak hal yang dipikirkan, seperti contoh
orang tua kita, apakah mereka hanya memikirkan dirinya saja. Tentunya tidak,
setiap harinya pasti dia memikirkan keluarganya, terlebih memikirkan
anak-anaknya, memikirkan tentang kehidupan keluarganya, memikirkan tentang tanggung
jawabnya dalam pekerjaannya, memikirkan tentang masa depan keluarga dan
anak-anaknya, dan masih banyak hal yang lain. begitu pula dengan seorang
mahasiswa yang sedang merantau ke Jogja untuk menempuh pendidikan. Apa yang
dipikirkan tidak hanya tentang tugas-tugas kuliahnya saja, namun memikirkan
juga keadaan orang tuanya yang sedang jauh disana, memikirkan tentang
sosialisasinya di lingkungan kampus atau lingkungan tempat tinggalnya, yang
mana apa yang dipikirkan itu berpengaruh mengenai kehidupannya ke depan.
·
Apa yang ada dalam pikiranku
Segala macam hal bisa ada di dalam pikiran kita.
Saat ini saya sedang memikirkan kedua orang tua ku, itu artinya kedua orang tua
ku berada di dalam pikiranku, meskipun kedua orang tua sedang berada di jauh
disana. Ketika orang lain membicarakan tentang handphone yang terbaru, maka
akupun dapat segera memikirkannya, karena aku pernah melihat fisik dari
handphone tersebut, sehingga handphone tersebut berada didalam pikiran ku.
Namun ketika aku berbicara dengan teman yang dari jurusan tekhnik informatika,
ketika dia membicarakan tentang grafis atau vga akupun tak mampu untuk
memikirkannya, karena aku sama sekali belum pernah melihat fisik dari apa yang
dibicarakan tadi, sehingga benda-benda tersebut tak ada didalam pikiran ku. Namun
ketika aku berusaha ingin tahu tentang benda-benda tersebut, maka akhirnya
dapat ku pikirkan.
Apa yang ada di dalam pikiran kita, orang lain belum
tentu mampu untuk mengetahuinya. Sehingga terkadang jika ada seorang perempuan
yang memikirkan sesuatu hal, dan dia meminta lelakinya (pacarnya) mengetahui
apa yang sedang dipikirkannya, tanpa perempuan tadi memberitahu apa yang sedang
dipikirkan, dikarenakan mungkin malu, atau dia berharap lelakinya itu peka
terhadap apa yang dipikirkan dan dirasakannya. Namun pada kenyataannya
lelakinya tak mampu untuk mengetahui apa yang dipikirkan perempuannya itu,
sehingga terjadilah pertengakaran diantara mereka.
Dengan komunikasi serta interaksi satu sama lain,
maka kita pun dapat mengerti apa yang dipikirkan oleh orang lain, begitu pula
orang lain mampu untuk tau apa yang kita pikirkan. Seperti dalam filsafat, dengan komunikasi dengan para
filsuf, maka kita pun dapat mengetahui apa yang dipikirkan oleh mereka, melalui
bahasa analog yang digunakan para filsuf.
Tentang hermenetika kehidupan, adalah ketika setiap
manusia mampu untuk saling menerjemahkan dan diterjemahan. Setiap manusia mampu
untuk menerjemahkan apa yang dipikirkan orang lain, begitu pula apa yang kita
lakukan berdasarkan apa yang ada di dalam pikiran kita ini juga mampu
diterjemahkan oleh orang lain. Misalnya di dalam pembelajaran dikelas, guru
sebisa mungkin agar apa yang dilakukannya dalam pembelajaran mampu diterima
serta diterjemahkan oleh siswa dengan baik. Namun sebelum guru mampu
diterjemahkan dengan baik oleh siswanya, maka guru pun harus mampu
menerjemahkan keadaan / kondisi/ kemampuan siswa, sehingga ketika merancang
pembelajaran guru menyesuaikan dengan kondisi siswa, dan pembelajaran dapat
terlaksana dengan baik, serta siswa dapat memahami pembelajaran dengan baik
sesuai dengan kemampuannya.
Begitu pula pada kehidupan kita sehari-hari, jika
setiap orang dikuasai oleh ego nya sehingga setiap orang hanya ingin
diterjemahkan, tanpa mau untuk menerjemahkan, maka yang ada kehidupan manusia
tidaklah harmonis, bahkan tidak tercipta suatu interaksi antara manusia satu
dengan yang lain.
·
Ikhlas pikir
Ikhlas pikir, seperti apa itu ikhlas pikir? Bahkan
mengukur keikhlasan orang lain atau keikhlasan yang kita lakukan pun tidak
mampu. Namun sesungguhnya keiklhasan itu adalah ketika kita melakukan suatu hal
tanpa ada unsur paksaan. Misalkan dalam perkuliahan filsafat, sang dosen memberi
tugas kepada semua mahasiswanya untuk membaca, memahami serta mengomentari
postingan yang ada di dalam blog. Dan sebagai mahasiswa yang menyadari akan
tanggung jawabnya maka akan melaksanakan tugas tersebut dengan ikhlas, tanpa
ada suatu paksaan. Tak hanya ketika kita
melakukan suatu hal, ketika kita menerima suatu hal pun keikhlasan juga ikut
berperan. Terlebih dalam menerima suatu kenyataan hidup / takdir. Segala
kehidupan manusia sudah diatur oleh sang Pencipta, maka selayaknya kita manusia
untuk dapat menerima takdir tersebut dengan keikhlasan. Namun satu hal yang
saya pahami adalah jika segala sesuatu yang kita lakukan didasari dengan
keikhlasan maka akan terlihat lebih mudah, seperti diberikan petunjuk / jalan /
kemudahan dalam melakukannya, serta buah / hasil dari apa yang kita lakukan itu
juga indah.
·
Berpikir namun sesungguhnya berfilsafat
Seperti yang kita ketahui sebelumnya bahwa
berfisafat adalah tentang olah pikiran kita. Segala macam yang ada disekitar kita dapat
dijadikan sebagai objek pikir kita. Bahkan hal-hal yang bersifat metafisik pun
dapat kita jadikan objek pikir. Mengungkap hal-hal yang bersifat metafisik
adalah karakteristik dari filsafat itu sendiri. Jika orang awam yang tidak
mendalami filsafat maka tak pernah terpikirkan olehnya mengenai hal-hal yang
bersifat metafisik tersebut, apa yang dipikirkan tidak sedalam pemikiran para
filsuf. Metafisik itu sendiri adalah tentang yang mengungkap suatu realitas,
yang menjelaskan hakikat dari suatu objek. Berfilsafat berarti memikirkan suatu
hal secara lebih mendalam, yang kita ketahui sebelumnya tentang suatu hal,
namun ketika kita sudah berkenalan dengan dunia filsafat, maka akan tercipta
suatu pengetahuan yang baru, yang dirasa cukup aneh namun itu memang logis dan
sesuai dengan realitasnya. Dan itulah filsafat, mampu membuka pikiran kita
menjadi lebih terbuka untuk memandang bahkan menilai tentang sesuatu hal yang
ada disekitar kita. Dengan mengenal filsafat maka kita mampu menjelaskan
sesuatu hal secara ekstensif, namun terkadang karena sesuatu hal maka kita pun
menjadi reduksionis, sedangkan reduksi itu sendiri adalah ‘musuh’ terbesarnya
filsafat. Reduksi sering terjadi dalam kehidupan kita, dan dirasa cukup
bermanfaat untuk dipergunakan. Namun bukan berarti kita dapat mereduksi hal
secara berlebihan, akan lebih baik jika mereduksi suatu sesuai dengan porsinya,
dan sesuai dengan ruang dan waktunya, serta tanpa mengubah makna dari hal
tersebut. Seperti contoh kita diminta untuk menjelasakan tentang diri kita
sendiri, maka dapat kita jelasakan secara panjang dan lebar dan terdapat
berjuta-juta kata bahkan lebih untuk dapat menggambarkan diri kita, disaat
itulah kita dapat mereduksi dari apa yang kita tahu tentang diri kita. Karena
adanya suatu keterbatasan yang dimiliki oleh masing-masing individu yang mampu
membuat manusia menjadi reduksionis.
·
Antara apa yang kupikirkan dengan yang
kuucapkan
Apa yang kita ucapkan adalah hasil olah pikir kita.
Namun segala yang kita pikirkan belum tentu dapat kita ucapkan semuanya. Ada
berbagai macam hal yang membuat kita tak mampu untuk mengungkap semuanya. Yang
pertama adalah karena manusia itu sndiri adalah seorang reduksionis, sehingga
secara sengaja dia membatasi apa yang akan dijelaskan tentang hal yang
dipikirkannya. Dan yang kedua karena keterbatasan manusia yang dimiliki
sehingga tak mampu untuk mengungkapkan semua yang dipikirkan, dalam hal ini adalah
suatu ketidaksengajaan.
Bahasa adalah suatu alat untuk dapat mengkomunikasikan
pemikiran kita kepada orang lain. Seperti halnya guru dalam mengajar, maka guru
akan selalu menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh siswanya sesuai dengan
jenjang pendidikannya.
Seberapa pentingkah
mengkomunikasikan hasil pemikiran kita kepada orang lain?
Dirasa sangat penting untuk mengkomunikasikan hasil
pemikiran kita, apa yang kita dapatkan melalui indrawi kita, kemudian diolah di
dalam pikiran kita, kemudian terciptalah suatu pengetahauan yang baru.
Pengetahuan baru dari hasil pemikiran kita merupakan pengetahuan yang
subjektif, maka harus kita komunikasikan kepada orang lain untuk mengkonfirmasi
apakah pengetahuan yang kita dapatkan dari hasil pemikiran tersebut itu dapat
diterima secara umum, dan dapat menjadi pengetahuan objektif.
Pada dasarnya apa yang kita ucapkan
bersumber dari pikiran dan hati kita, namun apakah pemikiran kita selalu sesuai
dengan hati kita?
Mengenai suara hati menjadi teringat akan lagu dari musisi
Nuggie, yang membawakan lagu tentang suara hati. Dalam lagu tersebut
menggambarkan bahwa dia membiarkan dirinya mengikuti suara hatinya, seperti
contoh selama kuliah dia mengambil jurusan kedokteran, namun ketika lulus dia
memutuskan untuk menjadi seorang photografer, karena dia mengikuti suara
hatinya. Maka dapat disimpulkan, orang tersebut memiliki kemampuan untuk
menjadi seorang dokter namun dia lebih memilih untuk menjadi photografer karena
dia merasa nyaman akan profesi tersebut. Apakah bisa kita menyalahkan suara
hati? Suara hati yang saya percaya adalah suara dari Tuhan, sehingga apakah
bisa kita menyalahkan kehendak dari Tuhan? Namun terkadang kita pun sering
mengabaikan suara hati, dimana suara hati kita terkalahkan oleh pikiran logis
kita.
·
Mitos dan logos, antara terhenti dan
terus berlanjut.
Logos, adalah suatu hal yang positif bagi kita.
Pikiran yang dikuasai oleh logos, berarti kita selalu mengolah pikiran kita,
untuk memikirkan suatu hal yang ada disekitar kita. Seperti yang telah
dijelaskan diatas bahwa dengan selalu mengolah pikiran kita maka akan membentuk
pola pikir kita. Tentu akan ada beda ketika ada 2 manusia dengan umur yang
sama, dan mereka diminta untuk menyelesaikan masalah yang diberikan. Mereka
yang sering mengolah pikiran mereka cenderung lebih jelas dalam membuat solusi
dari masalah yang diberikan dibandingkan mereka yang jarang untuk berpikir.
Pengalaman yang dimiliki setiap individu juga berpengaruh dalam pola pikirnya.
Seperti dalam contoh tadi, pengalaman yang dimiliki juga ikut berperan dalam
pemikirannya dalam rangka mencari solusi dari masalah yang diberikan.
Logos memberikan manfaat yang positif bagi manusia,
karena dengan logos maka kita selalu terdorong untuk selalu mencari pengetahuan
yang baru dan menghasilkan pengetahuan yang baru pula, sehingga potensi yang
kita miliki dapat terasah dengan baik. Karena pengetahuan yang ada di dunia ini
begitu banyak dan tak terbatas, dan kita pun bebas untuk mencari sekaligus
mendalami pengetahuan yang ada tersebut.
Namun
tak semua pikiran manusia dikuasai oleh logos, beberapa dari kita masih saja
dikuasai oleh mitos. Mitos itu sendiri berlawanan dengan kebenaran. Pikiran kita dikuasai oleh mitos, berarti
pikiran kita terhenti. Jadi ketika kita menerima hal baru kita hanya menerima
saja secara mentah-mentah tanpa kita olah menggunakan pikiran kita, dan tanpa
kita cari tahu kebenaran yang ada di dalam mitos tersebut.
Banyak sekali mitos yang
berkembang di sekitar kita, namun sebenarnya mitos tersebut dapat dijelaskan
secara ilmiah. Itulah yangmembedakan antara logos dan mitos. Ketika kita para
logos menerima suatu hal yang bersifat mitos, maka dengan segera dia mencoba
membuktikan kebenaran dari mitos tersebut. Namun para logos pun bisa dikuasai
oleh mitos, ketika mereka menerima suatu hal yang bersifat mitos namun mereka
tetap mempercayainya. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa dengan berhenti untuk memikirkan suatu hal maka dengan mudah
mios akan menguasai pikiran kita. Namun jika kita selalu memikirkan tentang
suatu hal, maka kitapun terbebas dari mitos.